Oleh :Ahmad Falhan
Memakai sorban di leher ataupun bahu adalah tradisi yang sudah melekat di kalangan masyarakat muslim di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, masyarakat sangat antusias menggunakan sorban ketika hendak melaksanakan shalat ataupun menghadiri kegiatan-kegiatan keagamaan. Motif yang mereka pakai pun bermacam-macam, ada yang polos dan ada pula yang warna-warni atau dihiasi oleh semacam tenunan. Para tokoh agama dan masyarakat biasanya tidak lupa mengalungkan sorban di bahu atau leher mereka pada saat acara-acara besar keagamaan. Contohnya saja di acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Dengan memakai sorban , orang akan semakin terlihat gagah dan terlihat lebih sholeh di hadapan manusia. Bahkan ada pula yang mendapatkan ijazah dari gurunya tentang cara menggunakan sorban, baik itu dikalungkan di leher ataupun dililitkan di kepala.
Tampak lebih sholeh di hadapan manusia, bukan berarti demikian juga di hadapan Allah SWT, karena pada dasarnya Allah SWT tidaklah melihat kepada bagus tidaknya pakaian-pakaian kita, akan tetapi Allah SWT melihat kepada hati-hati kita. Seharusnya pakaian yang baik harus juga diiringi oleh akhlak dan budi pekerti yang baik pula. Sifat-sifat inilah yang diwariskan oleh para sahabat Rasulullah SAW. Di balik balutan pakaian yang menempel pada tubuh mereka tersimpan hati yang bersih dan akal yang jernih. Menularkan kebaikan kepada generasi-generasi setelahnya. Sangat tepat jika di masa itu pakaian kebesaran orang Arab ini juga menjadi kebanggaan Umat Islam, untuk lebih meyakinkan orang-orang non muslim yang di kemudian hari mereka banyak yang masuk ke dalam agama Islam.
Penggunaan sorban yang sudah menjadi identitas kita, bukan tidak mungkin dapat dicuri dan diambil oleh umat lain. Untuk mengokohkan posisinya menjadi bagian dari kehidupan religi kita, maka hendaknya terus diiringi oleh akhlak dan budi pekerti kita yang mulia, sesuai dengan misi diutusnya baginda rasulullah SAW. Oleh karenanya pula seorang muslim harus berbangga dengan apa yang sudah menjadi ciri-ciri khusus yang melekat pada diri kita. Jangan malah mencemooh atau merendahkannya, seakan-akan hal tersebut bukan bagian dari simbol atau identitas seorang muslim. Rasulullah SAW sudah mensinyalir dengan menggunakan sorban di saat fathu Makkah,
عن عمار الدهني عن أبي الزبير عن جابر بن عبد الله أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل يوم فتح مكة وعليه عمامة سوداء
Artinya: “Dari „Ammâr al-Duhni dari Abû Zubair dari Jâbir bin „Abdullâh bahwa Nabi Saw.masuk kota Mekkah pada hari Fathu Makkah dengan memakai serban hitam.” ( HR. Muslim)
Seakan-akan beliau hendak memberikan pesan kepada umatnya, bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan identitas mereka sebagai seorang muslim. jangan sampai sirna ataupun diambil oleh golongan manusia yang tidak beriman kepada Allah SWT.
Merasakan manisnya kehidupan beragama ini akan melahirkan militansi seorang muslim dalam membela kehormatan agamanya. Pada saat inilah orang akan merasakan semua amal ibadah itu menjadi rekreasi dan rehat terbesar. Mengerjakan ketaatan seperti sholat, puasa, zakat, naik haji, dll bukan lagi sebagai kewajiban apalagi beban, akan tetapi sudah berubah menjadi keasyikan tersendiri yang tidak ada duanya di dalam kehidupan ini. Maka tidak mengherankan jika Urwah bin Zubair ra meminta agar kakinya yang harus diamputasi dilaksanakan amputasinya di saat beliau sedang khusyuk melakukan ibadah shalat, karena beliau tidak mau jika harus ada barang haram sejenis khamr diberikan kepada beliau, untuk menghilangkan rasa sakitnya. Bahkan ada pula seorang Tabiin yang tidak merasa ketika ada beberapa panah yang menghujam tubuhnya, yaitu disaat sedang melaksanakan shalat. Kalau misalnya melaksanakan ibadah-ibadah wajib adalah rekreasi yang paling nikmat, apalagi kalau hanya menunaikan perkara sunnah ataupun mempertahankan simbol-simbol agama yang sudah melekat dalam kehidupan beragama kita. Tentu akan terasa lebih mudah untuk dilakukan
Akhirnya, teruslah mengalungkan sorban di pundak kita, agar tetap menjadi bagian dari kemegahan umat ini. Bukankah sorban-sorban putih itulah yang pernah berkibar, ditiup angin selatan dan utara, menyertai perjuangan-perjuangan para sahabat Rasulullah SAW, sehingga panji-panji Islam tetap tegak dan berdiri kokoh sampai saat ini, di seluruh belahan dunia dan juga di bumi pertiwi yang kita cintai, Indonesia.
Wallahu a’lam bishawab