Kembalikan anak-anak kami

Oleh : Ahmad Falhan

Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu liburan di akhir pekan di ibu kota adalah dengan cara berolahraga, seperti melakukan jogging, menyusuri jalan-jalan ibu kota. Sesekali jika merasa letih dapat berhenti di bangku-bangku yang memang sengaja dipasang di trotoar atau tempat pejalan kaki. Namun apabila sudah merasa sangat letih dapat pula menaiki busway atau kereta cepat MRT, sambil mengamati pemandangan ibu kota yang sangat padat oleh rumah-rumah.

Transportasi di ibu kota saat ini memang sudah mengalami kemajuan yang luar biasa, terutama kereta cepat MRT yang dapat memangkas jarak tempuh perjalanan dan mengurangi kemacetan ibu kota. Acap kali terlintas di dalam pikiran “tentang kemajuan apalagi yang akan manusia saksikan dan alami di abad modern ini”. Setelah kereta cepat, gadget dan arus digital,  mungkin akan muncul lagi teknologi-teknologi baru bertaraf internasional yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia.

Dahulu, sekitar tahun delapan puluhan, kita sering menyaksikan film-film yang menampilkan alat-alat canggih. Anak-anak terbang melayang dalam imajinasi mereka menyaksikan film-film tersebut. Rupanya di masa-masa sekarang, barulah nampak di mata kita secara nyata, kemajuan teknologi yang sempat kita saksikan di mas kecil itu. 

Ketika kita merasakan kemajuan peradaban saat ini, ada baiknya kita mengingat kembali masa lalu yang penuh dengan kesahajaan. Karena hal ini sudah banyak dilupakan oleh manusia modern saat ini. Kita masih mengingat bagaimana orang tua-orang tua kita begitu antusias menghidupkan suasana sehabis sholat maghrib untuk mengaji bersama. Seorang guru yang penuh keikhlasan dan kesabaran menuntun muridnya satu persatu agar dapat lancar membaca al-Quran. Magrib mengaji ini sangat penting sekali kita hidupkan lagi. Arus teknologi di era digital saat ini,  jangan sampai menjadikan anak-anak kita melupakan tradisi yang sejatinya diwarisi oleh mereka. 

Tentu kegiatan magrib mengaji tidak hanya mengajarkan cara baca dan tahsin al-Quran saja, tapi juga memberikan pesan-pesan moral yang akan selalu tertanam di lubuk hati anak-anak kita. Sehingga mereka kelak dapat menjadi insan-insan yang berakhlak mulia. 

Ada banyak tradisi lama yang harus kita jaga keberlangsungannya, walaupun ada pula yang tidak cocok lagi kita terapkan saat ini, misalnya kekerasan dalam mendidik, tentu di zaman modern saat ini sudah sangat tidak relevan lagi untuk dilakukan. 

Ada baiknya jika kita tetap berpegang kepada kaidah ushul fiqih yang sering kita dengar,

المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ

menjaga dan memelihara tradisi lama yang bagus serta mengambil hal-hal baru yang lebih baik.

Magrib mengaji adalah sebuah inspirasi masa lalu kita, yang masih sangat relevan untuk kita bicarakan dan kita laksanakan. Sebagai memori kolektif kita, bahwa generasi tua saat ini adalah salah satu produk dari tradisi tersebut. 

Bercermin dan melihat kembali masa lalu, bukanlah suatu keniscayaan untuk dilakukan. Tanpa masa lalu, maka tidak akan terjadi masa sekarang dan yang akan datang. 

Allah SWT berfirman didalam al-Quran, surat Ibrahim ayat 5,    

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur  .

Ayat ini memerintahkan kepada kita untuk Mengingat dan merenungkan hari-hari yang telah Allah ciptakan, karena di dalam hari-hari tersebut terdapat tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang dapat kita ambil pelajarannya. Hanya dengan mengingat dan merenungkan, kita akan mengetahui bahwasanya  Allah SWT tidak menciptakan waktu dan tempat kecuali di dalamnya tersimpan sejarah  kemulian dan juga kehinaan.

Sebagaimana Rasulullah SAW pernah memerintahkan para sahabat untuk bersegera melewati rumah-rumah orang Tsamud  yang pernah diazab oleh Allah SWT. Namun yang terlihat aneh saat ini, bahwa orang-orang malah pergi berekreasi mengunjungi tempat-tempat tersebut. Pertanyaannya adalah,  apakah manusia saat ini tidak pernah menilik kejadian-kejadian masa lalu yang pernah terjadi. Atau mereka cuek begitu saja, sehingga dengan senang dan bangga berdiri di depan rumah-rumah kaum Tsamud yang masih terlihat kokoh. 

Maka janganlah lupa untuk mengenang apa yang telah terjadi di masa lalu. Kenangan yang selalu Rasulullah SAW  hadirkan dalam ingatan beliau, yaitu mengenang kebaikan istri beliau tercinta Sayyidah Khadijah ra. Tentu hal ini  Merupakan memori batin yang tak pernah surut dan lekang oleh zaman. Teringat pula oleh beliau saat-saat pertama menerima wahyu di gua Hira, di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Pastilah di sela-sela ingatan tersebut, beliau mendoakan umatnya, agar selalu mendapatkan kemulian dan ampunan di bulan Ramadhan yang tidak beberapa lama lagi akan kita masuki. Bulan yang menaikan spiritualitas dan rohani kita untuk selalu bersama Zat yang Maha Kuasa dalam seluruh nafas dan jiwa kita. Bulan yang mempersatukan kita dengan anak-anak dan istri kita di meja ifthar dan juga sahur, bahkan di dalam munajat-munajat malam yang penuh syahdu dan kekhusyuan.

Wallahu a’lam bishawab.