Refleksi Kita

Oleh : Ahmad Falhan

Layaknya pergantian siang dan malam yang datang silih berganti, roda kendaraan pun terus berputar tanpa henti menyusuri ruas-ruas jalan ibukota. Saling berkontestasi, mengisi kemacetan Jakarta. Mungkin jika jumlah kendaraan pada zaman kolonial dahulu sudah seperti sekarang, tidak niscaya kemacetan Jakarta sudah dimulai sejak zaman tersebut. Kendaraan-kendaraan terus melaju, berpacu dengan waktu. Seakan-seakan memberikan isyarat kepada kita, bahwa hidup ini harus dinamis dan terus bergerak.

Sebagaimana dalam pepatah Arab mengatakan 

في الحركة بركة

Dalam bergerak itu ada keberkahan

Hidup tidak boleh statis dan diam, harus terus memiliki inovasi ataupun perubahan. Kalau tidak, kita akan ketinggalan banyak hal, apalagi di era digital sekarang ini. Mestinya  harus banyak ilmu dan  informasi yang kita terima dari berbagai macam sumber. Teori barat mengatakan bahwa kita sekarang hidup di era world village atau dengan kata lain, dunia dapat berada dalam genggaman. Semua informasi terjauh pun dapat kita akses dengan mudah. Tidak hanya itu, jarak perjalanan yang jauh juga dapat dipersingkat waktu tempuhnya. Tentu pada awalnya semua kemajuan tersebut berangkat dari konsep bergerak dan berinovasi. Tanpa bergerak kita semua tidak akan mengalami kemajuan, seperti apa yang disampaikan oleh al-Imam al-Syafi’i dalam diwan syairnya : 

ما في المَقامِ لِذي عَقلٍ وَذي أَدَبِ        مِن راحَةٍ فَدَعِ الأَوطانَ وَاِغتَرِب

سافِر تَجِد عِوَضاً عَمَّن تُفارِقُهُ           وَاِنصَب فَإِنَّ لَذيذَ العَيشِ في النَصَبِ                              

إِنّي رَأَيتُ وُقوفَ الماءِ يُفسِدُهُ             إِن ساحَ طابَ وَإِن لَم يَجرِ لَم يَطِبِ

وَالأُسدُ لَولا فِراقُ الأَرضِ مااِفتَرَسَت    وَالسَهمُ لَولا فِراقُ القَوسِ لَم يُصِبِ

وَالشَمسُ لَو وَقَفَت في الفُلكِ دائِمَةً          لَمَلَّها الناسُ مِن عُجمٍ وَمِن عَرَبِ

وَالتِبرُ كَالتُربِ مُلقىً في أَماكِنِهِ            وَالعودُ في أَرضِهِ نَوعٌ مِنَ الحَطَبِ  

Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab

Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah

Bepergianlah, kau akan mendapat ganti orang yang kau tinggalkan

Berusahalah, karena nikmatnya hidup ada dalam usaha

Sungguh, aku melihat air yang tidak mengalir pasti kotor

Air akan bersih jika mengalir, dan akan kotor jika menggenang

Kalau tidak keluar dari sarangnya, singa tak akan mendapatkan mangsa

Kalau tidak meleset dari busurnya, anak panah tak akan mengenai sasaran

Matahari kalau berada di porosnya selamanya

Niscaya semua orang, baik Arab maupun non-Arab pasti bosan

Timah akan seperti tanah, kalau berada di tempatnya

Kayu cendana pun hanya akan seperti kayu bakar, bila menetap di tanah

Kehidupan akan terus berjalan, seperti halnya roda kendaraan yang terus berputar, walaupun misalnya kesedihan sedang kita rasakan akibat musibah yang menimpa kita. Duka yang berkepanjangan serta keputusasaan sama sekali tidak akan menyelesaikan masalah. Kita harus bangkit dari keterpurukan, walaupun harus tertatih -tatih, karena di balik kesusahan tentu akan ada kemudahan. Bergerak akan menjadikan diri kita sehat jasmani dan rohani, sebaliknya berdiam diri akan menjadi seperti air yang menggenang dan tidak mengalir, perlahan-lahan menjadi kotor dan rusak. Namun lihatlah air yang mengalir, secara terus menerus dapat memberikan manfaat kepada banyak orang, lantaran kondisinya yang tetap baik dan menyejukkan.

Demikian juga dengan ilmu pengetahuan, sejatinya terus dapat mengalir, memberi manfaat kepada semua alam semesta. Sementara itu ilmu agama harus lebih dimiliki dan dipahami oleh setiap individu yang hendak mencari kebenaran. Tanpa ilmu agama yang shahih bagaimana akan dapat  berkeyakinan dan menjalankan rukun Islam dengan benar. Maka ilmu itu harus diambil dari mashdar dan sumbernya, yaitu buku-buku yang telah ditulis oleh para ulama-ulama kita di dalam beberapa bidang studi keislaman. Agar tidak salah dalam mempelajarinya tentu harus mendengarkan syarah atau penjelasan dari para syekh atau guru, sehingga silsilah keilmuan tersebut terus mengalir sampai jauh, memberikan manfaat dan kebaikannya kepada para penuntut ilmu. al-Manawi (952-1031H) pernah mengatakan dalam bukunya Faidhul Qadir

وقد أكرم الله هذه الأمة بالإسناد، وجعله من خصوصياتها من بين العباد

dan sungguh Allah SWT telah memuliakan umat ini dengan sanad (silsilah keilmuan), menjadikannya sebagai karakteristik dan ciri utama mereka di antara umat-umat yang lain.  

Sementra itu, Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan al-Syumunni al-Maghribi (1365-1418 M) sebagaimana dikutip di dalam kitab Nailul Ibtihaj bi Tathrizi al-Dibaj karya al-Allamah al-Tunbukti (1556-1627 M), beliau mengatakan dalam syairnya

من يأخذ العلم عن شيخ مشافهة … يكن من الزيغ والتصحيف في حرم

ومن يكن آخذا للعلم عن صحف … فعلمه عند أهل العلم كالعدم

Barangsiapa yang mengambil ilmu dari guru atau syaikhnya secara langsung, 

maka ilmunya akan terjaga dari kesalahan dan kerancuan.

Namun barangsiapa yang hanya mengambil ilmunya dari buku tanpa bimbingan dari seorang guru, maka kedudukan ilmunya seperti tiada dan sia-sia diantara kalangan orang-orang yang berilmu.

Wallahu a’lam bishawab