Oleh : Ahmad Falhan
kemenangan Maroko atas Portugal di babak perempat final piala dunia menjadi euforia besar bagi seluruh pendukung dan suporter sekuad ini, bahkan kegembiraan itu meluas ke seluruh negara-negara di berbagai belahan dunia, terutama negara-negara muslim. Maklum saja, sangat jarang kita mendapatkan kemenangan tersebut, terutama di ajang olahraga sepak bola yang paling bergengsi. Orang-orang al-Amazigh (الأمازيغ ), sebutan untuk orang-orang asli Maroko sejak sebelum ditaklukan oleh “Uqbah Bin Nāfi’ (621-683 M) dan Abul Muhajir (W. 682 M), mereka telah kembali menorehkan prestasi dalam lembaran sejarah.
Catatan ini akan terus diingat oleh generasi-generasi yang akan datang, walaupun hanya dalam bidang olahraga sepak bola. Mereka dengan bangga dapat menegakkan kepala mereka di hadapan bangsa-bangsa Eropa, yang sudah lebih dahulu maju dalam bidang olahraga tersebut. Perjuangan yang mereka lakukan betul-betul telah mengharumkan bangsa afrika, Arab, Asia dan umat Islam secara khusus. Bagaimana tidak, dengan kemampuan mereka dapat mengalahkan raksasa sepak bola semisal Spanyol dan Portugal.
Torehan kemenangan tersebut seyogyanya dapat kita contoh, yaitu dengan melakukan berbagai macam prestasi dan kebaikan di berbagai macam lini kehidupan. Adalah merupakan spirit yang selalu ditanamkan di dalam Islam, untuk selalu berbuat kebaikan dan berprestasi, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir radhiyallahu anhu :
كل معروف صدقة
Setiap kebaikan itu bernilai shadaqah ( HR. Bukhari)
di dalam hadits yang lain beliau juga bersabda
Sahabat Abu Bakrah Nufai’ bin Al Harits radhiyallahu anhu meriwayatkan :
أنَّ رجلًا قالَ : يا رسولَ اللَّهِ أيُّ النَّاسِ خيرٌ؟ قالَ : مَن طالَ عمرُهُ ، وحَسنَ عملُهُ ، قالَ : فأيُّ النَّاسِ شرٌّ؟ قالَ : مَن طالَ عمرُهُ وساءَ عملُهُ
“Bahwa ada seseorang bertanya: ‘Wahai rasulullah, siapakah orang yang paling baik?’ beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: ‘Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.’ Si penanya kembali bertanya: ‘Lalu, siapakah orang yang paling buruk?’ Beliau shallallahu alaihi wasallam menjawab: ‘Orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya.’”
(HR. At Tirmidzi, dinyatakan Shahih lighairihi oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
Kemenangan Maroko seakan-akan menghadirkan kembali kejayaan yang telah lama hilang. Orang-orang Amazigh yang menjadi barisan terdepan pasukan Abdurrahman al-Ghafiqi (W. 732 M) ketika memasuki Prancis, Daulah al-Murabithun yang pernah memerintah di bumi Andalusia, Ibnu Batutah (1304-1377 M) sang penjelajah timur dan barat, hingga Ibnu Khaldun (1332-1406) bapak Sosiologi dunia adalah cerita agung yang tidak dapat dilupakan. Mereka adalah cermin bagi kita yang harus kembali dihadirkan dalam kehidupan kita, kalau bukan sekarang, kapan lagi. Para pemuda pemudi Islam harus bangkit dan tampil sebagai inspirator di era modern ini, tidak hanya menjadi penonton di luar arena. Tapi harus menjadi pelaku perubahan dan kemenangan, Ahmad Syauqi Beik (1868-1932 M) penyair Arab Mesir pernah berkata,
فارفع لنفسك بعد موتك ذكرها
فالذكر للإنسان عمر ثاني
“Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu yang akan dikenang orang daripada dirimu, karena kenangan atas ketika hidup yang dulu itu adalah umur yang kedua kali bagi manusia”.
Memang manusia tidak akan hidup dua kali di dunia, tapi, kenangan baik atas dirinya bagaikan umur kedua baginya. Sebagaimana Rasulullah SAW, walaupun beliau telah wafat sejak empat belas abad yang lalu, namun nama beliau terus terucap dalam doa dan shalat kita. Akhlak dan perkataan beliau menjadi tuntunan bagi umatnya sampai akhir masa di dunia ini.
Qatar dan Maroko telah menghadirkan kesejukan di tengah kegersangan dan prahara, bahkan bendera palestina pun ikut berkibar, puluhan orang bersujud syukur selepas kemenangan Maroko. Betul-betul menakjubkan apa yang kita saksikan. Keindahan ini janganlah cepat berlalu, semoga terus dapat lestari pada masa yang akan datang. Bravo Qatar dan bravo Maroko.
Wallahu a’lam bishawab