Oleh : Ahmad Falhan
Perubahan dan keanekaragaman adalah sunnatullah yang selalu terjadi di alam semesta ini, tidak terkecuali waktu yang selalu meninggalkan kita. Sungguh merugi orang yang tidak dapat memanfaatkannya, sehingga Allah SWT berfirman di dalam al Quran, surat al-Ashr Ayat 1-3,
وَالۡعَصۡرِۙ
Demi masa,
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ
sungguh, manusia berada dalam kerugian,
اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.
Tidak terasa sekarang kita sudah berada di tahun 2023 M., begitu cepat waktu telah meninggalkan kita. Sejatinya pergantian tahun ini kita jadikan sebagai momentum perubahan, agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang merugi.
Namun sungguh ironi, jika masih banyak orang-orang terpana oleh gegap gempita pergantian tahun serta letupan-letupan kembang api yang berterbangan di udara. Sementara nilai-nilai optimisme yang ada dalam surat al-Ashr tidak sama sekali meresap ke dalam diri mereka. Optimisme untuk menjadi manusia yang berada di garda depan dalam peradaban umat manusia. Sepertinya kita harus bercermin dengan optimismenya Rasulullah dan para sahabat, yaitu ketika mereka menyaksikan kemenangan Romawi terhadap Persia.
Salah satu cara untuk menjadi umat yang kuat dan bertamadun adalah mengamalkan kandungan surat al-Ashr, yaitu mengokohkan keimanan kita dan memperbanyak amal sholeh. Namun di awal tahun ini, dalam turba kita masih menyaksikan banyak gelandangan yang tidur di dalam gerobak dan di pinggir jalan, artinya masih banyak orang yang belum merasakan kesejahteraan. Jika seandainya saja kita mau berbagi, tidak niscaya pemandangan seperti itu akan hilang. Berbagi adalah amal sholeh dan investasi akhirat yang dapat menjawab problematika zaman. Bahkan dengan berbagi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam akan mengembalikan kejayaan Islam.
Maka dari itulah Allah SWT memberikan penekanan sampai tiga kali di dalam surat al-Ashr, yaitu pertama dengan mengatakan sumpah والعص demi masa, lalu kemudian ungkapan إن الإنسان yang bermakna sesungguhnya manusia, dan pada ayat kedua ini juga diungkapkan kata لفي خسر yang bermakna betul-betul berada dalam kerugian. Biasanya semakin banyak pengingkaran maka akan banyak pula penekanan yang diberikan dalam suatu ungkapan. Dikarenakan banyak manusia yang melalaikan waktu, maka al-Quran memberikan penekanan yang sedemikian rupa. Pada ayat berikutnya al-Quran mengingatkan manusia untuk memantapkan keimanan di dalam hati dan ucapan mereka, lalu menjuantahkan dan mengaplikasikannya dalam bentuk amal-amal sholeh. Tanpa Iman dan amal sholeh niscaya terciptanya keadilan sosial ( العدالة الاجتماعية).
Sebagaimana diungkapkan di dalam surat al-Ashr, bahwa orang-orang yang beriman dan beramal sholeh memiliki optimisme besar untuk menyongsong lajunya peradaban, karena mereka sangat menghargai waktu yang telah Allah SWT anugerahkan kepada mereka, dan memanfaatkan waktu tersebut untuk kemaslahatan umat manusia dan alam semesta. Berbeda halnya dengan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, mereka cenderung memanfaatkan waktu mereka untuk melakukan kerusakan di atas muka bumi ini, sebagaimana terjadi di era dewasa ini, di mana umat Islam tidak lagi memimpin dunia, sejak beberapa abad yang silam. Hanya dengan optimisme besar umat Islam akan melahirkan mimpi-mimpi dan dan kerja besar, semuanya berangkat dari spirit keimanan dan amal sholeh.
Wallahu a’lam bisshawab.