Pesona Lampu

Oleh : Ahmad Falhan

Pesona lampu memang sangat indah, jika betul-betul ditata dengan baik, seperti yang kita saksikan pada perhelatan piala dunia di Qatar. Begitu indah dan menakjubkan lampu-lampu yang menghiasi negeri ini, menyambut semua tamu yang hadir dari seluruh penjuru dunia. Berbagai bentuk ornamen lampu ikut memperindah lajunya pertandingan kelas dunia yang paling bergengsi tersebut. Pemerintah Qatar pun telah memasang tiga ratus lima puluh lampu jalan LED bertenaga surya off grid di Doha, Qatar, untuk menyukseskan acara Piala Dunia FIFA 2022.

Tentu bukan masalah bagi negara kaya ini untuk menyiapkan  lampu penerangan terbaik untuk delapan stadion megah, yang akan dipergunakan untuk pertandingan piala dunia. Semua penonton pasti akan dibuat kagum oleh estetika dan kemegahan yang ada di dalam stadion tersebut. Entah kapan perhelatan  raksasa ini dapat diadakan di negeri tercinta kita, Indonesia. Namun, yang perlu kita garis bawahi, bahwa Negara muslim pun dapat menjadi tuan rumah untuk pertandingan kelas dunia tersebut. Asalkan negeri kita mau terus berbenah dalam mengelola cabang olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat dunia ini, bukan sebuah utopis kelak Indonesia akan dapat juga menjadi tuan rumah piala dunia.

Semenjak ditemukannya lampu oleh Thomas Alpha Edison ( 1847 – 1931), planet bumi ini dapat menjadi terang, terutama di malam hari. Penemuan bola lampu ini pun terus berkembang, dengan inovasi dan kreasi yang bermacam-macam. Penemuan yang telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi umat manusia dalam menerangi rumah, kantor, jalan-jalan. Entah bagaimana jadinya kalau saat ini, dengan populasi manusia yang sangat banyak belum ada penerangan lampu listrik, hanya mengandalkan lampu-lampu teplok. Oleh karena itu kita patut bersyukur atas karunia Allah SWT yang sangat banyak tersebut, yaitu dengan meningkatkan ketaqwaan kita kepadaNya. Perlu diingat pula bahwasanya ketaqwaan itu tidak bersifat parsial. Ketaqwaan mencakup tiga aspek penting, yaitu, pertama, ketaqwaan yang berkaitan dengan ibadah mahdhah. Kedua, ketaqwaan sosial, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه

“Tidak sempurna keimanan wajib salah seorang diantara kalian sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya sendiri” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا، وَيُشِيرُ إلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak menzaliminya, tidak menelantarkannya, tidak menipunya, tidak merendahkannya, takwa ada disini – beliau mengisyaratkan kepada dadanya tiga kali.

Tentu masih banyak lagi hadits-hadits yang menjelaskan tentang hubungan sosial seorang muslim. Untuk menjadi insan yang bertaqwa harus dapat hadir sebagai manusia yang humanis, sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-sunnah. Ketiga, ketaqwaan yang berkaitan dengan profesionalisme kita dalam berbuat dan bekerja di atas muka bumi ini. Di dalam sebuah hadits rasulullah SAW telah bersabda,

إِنَّ اللهَ ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menyukai jika salah seorang kalian mengerjakan sesuatu, dia mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh.” (HR. Abu Ya’la dalam kitab Al-Musnad, At-Thabarani dalam Mu’jam Al-Awsath dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Dinilai hasan oleh Al-Albani)

Pesona lampu memang sangat memikat hati, apalagi jika ditambah dengan tata kota yang indah dan rapi. Namun perlu diingat, sekuat apapun cahaya yang dihasilkan oleh lampu, tetap tidak akan dapat menerangi hati manusia, walaupun terbungkus oleh Kristal yang putih jernih. Penulis masih ingat, suatu ketika berkunjung ke pusat pembuatan Kristal Asfour di kota Kairo Mesir. Berbagai macam bentuk olahan Kristal dapat kita saksikan sampai kepada lampu yang begitu indah dan menakjubkan. Maklum saja, Negara ini adalah termasuk penghasil Kristal terbaik di dunia, karena pasir Mesir sebagai bahan bakunya, adalah dikenal sebagai yang paling jernih. Setelah keluar dari ruangan yang penuh dengan Kristal Asfour itu, mata seakan berkaca-kaca setelah menyaksikan hasil karya manusia yang begitu indah.

Walaupun banyak lampu yang terang dan indah, namun hanya al-Quran yang dapat menerangi hati manusia, memberi ketenangan di dalam batin. Yaitu dengan banyak membacanya, menghafalnya dan juga memahaminya, melalui penjelasan para ulama, yang mana mereka adalah pewaris para Nabi dan Rasul. Maka seyogyanya kita harus menghormati dan memuliakan mereka. Bukan malah merendahkan martabat mereka, apalagi mencela dan menyakiti mereka, sebagaimana yang terjadi di zaman sekarang ini. Tanpa bimbingan mereka maka akan gelap gulita hati manusia. Selagi mereka masih ada di tengah-tengah kita, hendaklah kita hormati dan kita serap ilmu yang mereka ajarkan kepada kita. Itulah sebenarnya cahaya yang dapat menerangi kita dalam kegelapan. Sebagaimana sabda rasulullah SAW   

dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhuma, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.

‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari para hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika tidak tersisa lagi seorang alim, maka manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya, kemudian mereka akan memberikan fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat lagi menyesatkan orang lain.’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu a’lam