Oleh : Ahmad Falhan
Sudah dua minggu ini perhatian masyarakat dunia tertuju kepada pertandingan sepak bola piala dunia Desember 2022. Para penggemar sepak bola setiap malam pun berjibaku menonton perhelatan terbesar dunia tersebut. Tidak terkecuali pertandingan kemarin malam antara Spanyol dan Maroko. Yang merupakan salah satu bagian dari babak penyisihan 16 besar dunia. Semua potensi dikeluarkan dengan harapan dapat maju ke babak berikutnya.
Mungkin banyak publik yang tidak menyangka kemenangan Maroko atas Sepanyol, melalui adu pinalti. Pertandingan yang cukup panjang dan melelahkan, walaupun telah dilakukan penambahan waktu, namun tetap tidak ada yang dapat mengungguli satu sama lain.
Akhirnya wasit meniup peluit panjang, menandakan pertandingan harus diselesaikan melalui jalur penalti. Score tiga kosong pun akhirnya dapat tercipta. Maroko tiga, Sepanyol kosong.
Gegap gempita kebahagian menyelimuti para suporter, bahkan membahana di seantero Maroko. Sebaliknya kesedihan yang tidak dinyana dirasakan oleh publik Spanyol, entah angin apa gerangan yang telah menghempaskan kejayaan mereka.
Tentunya selama bola itu bulat, maka kemenangan dapat diraih oleh siapa saja. Tergantung seberapa serius usaha yang dilakukan. Kita pun menyaksikan betapa gigihnya para pemain Maroko dalam meraih kemenangan tersebut. Perlu diingat pula, dengan segala keinsafan kita, bahwa Allah SWT senantiasa mempergilirkan kejayaan di atas muka bumi ini. Tidak ada yang kekal dan abadi, semuanya memiliki batas yang telah ditentukan. Sejatinya, tidak layak bagi manusia untuk sombong dan angkuh.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kemenangan tim Maroko tersebut, bahwa kita harus selalu optimis dalam menggapai cita-cita. Tidak hanya dalam sepak bola saja. Tapi juga mencakup seluruh urusan kita di dunia dan akhirat. Umat Islam tidak boleh menjadi manusia yang insecure, harus tetap optimis dalam menapaki kehidupan yang fana ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Pelajaran yang kedua yang dapat kita ambil adalah, bahwa Allah SWT selalu mempergilirkan kejayaan umat manusia di atas muka ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat Ali Imran ayat 140:
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)
Dari permainan sepak bola bukan tidak mungkin akan dapat memantulkan spirit dalam bekerja dan berjuang. Suatu saat nanti kejayaan di Andalusia (baca : Spanyol) bisa jadi Allah SWT pergilirkan kembali untuk Umat Islam, yang dahulu telah mengukir tinta emasnya di dalam lembaran-lembaran sejarah selama berabad-abad lamanya. Namun setelah diserahkannya benteng al-Hamra di Granada kepada Raja Ferdinand V (dari Aragon dan Ratu Isabella I dari Kastilia pada tahun 1492, cahaya kegemilangan itu mulai memudar, bahkan hilang dari bumi yang ditaklukan pertama kali oleh Thariq bin Ziyad (670-720 M) dan Musa bin Nushair (640-716 M) pada tahun 711 M.
Kejayaan akan dapat kita raih kembali, asalkan kita betul-betul kembali ke jalan Allah SWT, melaksanakan semua perintah dan dan menjauhi semua laranganNya. Hidup sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Itulah satu-satunya kunci bagi kita untuk menuju kejayaan Islam. Umat Islam harus dapat mengambil peran yang penting dalam lajunya peradaban, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita di era keemasan Islam. Tentu dengan syarat kita tetap berpegang teguh dengan nilai-nilai Islam yang sebenarnya, sebagaimana yang telah disampaikan oleh al-Imam al-Qurthubi di dalam tafsir beliau al-Jami’ Li Ahkami al-Quran ,
كل بلدة يكون فيها أربعة فأهلها معصومون من البلاء:
إمام عادل لا يظلم، وعالم على سبيل الهدى، ومشايخ يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر ويحرضون على طلب العلم والقرآن، ونساؤهم مستورات لا يتبرجن تبرج الجاهلية الأولى
Setiap negeri yang terdapat 4 golongan di dalamnya maka penduduknya akan terjaga dari bala dan bencana : Pemimpin yang adil yang tidak berbuat zalim. Orang ‘alim yang selalu berjalan di atas jalan petunjuk dan hidayah. Para tokoh agama yang menyeru dan mengajak kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, serta menganjurkan agar orang-orang mau menuntut ilmu agama dan membaca Al-Qur’an. Para wanita penduduk negeri tersebut yang selalu menutup auratnya dan tidak berpakaian serba terbuka seperti di zaman Jahiliyah
Wallahu A’lam bishawab