HIJRAH, MERDEKA, DAN SYUKUR

oleh: Lasmardi Iswondo

(Alumni STIU DIA Tahun 2016)

Bulan ini adalah bulan istimewa. Dalam tahun Hijriyah, bulan ini adalah bulan Muharram. Kita memperingatinya sebagai momen hijrahnya kaum muslimin dari Mekah ke Madinah pada 1444 tahun yang lalu. Sedangkan dalam kalender nasional, bulan ini adalah bulan Agustus, yang merupakan bulan peringatan kemerdekaan RI yang ke-77. 

Kalau kita renungkan, maka peristiwa hijrahnya Rasulullah dan kaum Muslimin dari Mekah ke Madinah itu, sesungguhnya juga momen kemerdekaan kaum muslimin. Karena itu kita juga boleh menyebut awal tahun baru Hijriyah itu sebagai Peringatan Hari Merdeka Kaum Muslimin. Karena memang tujuan hijrah adalah agar kaum Muslimin bisa merdeka dari ketakutan, ketertindasan, dan bisa melaksanakan agama dengan baik.

Allah SWT memerintahkan agar kita mengingat-ingat keadaan kaum muslimin pra hijrah, atau pra kemerdekaan tersebut agar kita dapat bersyukur. Yaitu dalam firman-Nya di Al Qur’an surat Al-Anfal (8) ayat 26, yang artinya: 

“Dan ingatlah ketika kamu (para Muhajirin) masih (berjumlah) sedikit, lagi tertindas di bumi (Mekkah), dan kamu takut orang-orang (Mekkah) akan menculik kamu, maka Dia memberimu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki yang baik agar kamu bersyukur.”

Mensyukuri Kemerdekaan

Kemerdekaan adalah nikmat yang patut disyukuri. Dalam perjalanannya, kemerdekaan bukannya tanpa hambatan. Tercatat negeri ini juga harus mengalami peristiwa peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan, sebagaimana yang dialami Rasulullah dan Kaum Muslimin. 

Namun berbagai peristiwa heroik tersebut bukanlah hambatan untuk bersyukur. Justru peristiwa tersebut makin mengokohkan eksistensi kemerdekaan. Maka kaum Muslimin pun dituntun bagaimana caranya bersyukur, setelah melalui perjuangan mempertahankan kemerdekaan tersebut. Sehingga mereka tidak bertikai untuk memperebutkan hasil perjuangan, lalu melupakan tujuan kemerdekaan sesungguhnya.

Dalam Al Qur’an surat Al-Anfal (8) ayat 1, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah, “Harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul (menurut ketentuan Allah dan Rasul-Nya), maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang yang beriman.”

Takwa dan Menjalin Kerukunan

Dari ayat di atas, ada dua hal yang dituntunkan Allah SWT untuk mensyukuri kemerdekaan, yaitu takwa dan menjalin kerukunan. 

Alhamdulillah di momen kemerdekaan ini, lewat berbagai lomba yang diadakan masyarakat, kita sudah melaksanakan tuntunan Allah untuk bersyukur tersebut. Banyak lomba antar warga diadakan, mulai tingkat anak-anak sampai dewasa. Alhasil kerukunan terjalin, dan warga bahagia.

Baik melalui peran pemerintah, maupun inisiatif warga, event-event kerukunan ini banyak diselenggarakan. Kita pantas mensyukurinya. Namun jangan lupakan tuntunan Allah berikutnya, agar kita benar-benar menjadi bangsa yang bersyukur atas kemerdekaan. Yaitu menjalankan ketakwaan.

Takwa maknanya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ini bermakna bahwa sebagai wujud syukur terhadap kemerdekaan, maka negara dan warganya harus memperluas peluang terwujudnya segala kebaikan, dan mempersempit peluang munculnya kebatilan dan kejahatan. 

Dalam usia negara yang mencapai 77 tahun ini, patutlah dievaluasi sudah sejauh mana kebaikan dan perbaikan terwujud di segala bidang. Dan sudah sejauh mana kejahatan dan kebatilan terkikis. Yang kita harapkan adalah adanya kemajuan terus dari sisi ketakwaan, bukan justru kemunduran.

Selamat Hari Merdeka!