Bukan Secara Kebetulan

Oleh : Ahmad Falhan

Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak kita, apakah ada yang terjadi di dunia ini secara kebetulan? Selalu saja ada orang yang mengungkapkan dan menyatakan ungkapan ” secara kebetulan”, secara kebetulan saya bertemu dengan si fulan ini dan si fulan itu dan secara kebetulan saya menyaksikan ini dan itu. Mungkin ada banyak “secara kebetulan”  lainnya yang sering diungkapkan oleh manusia. Apakah mungkin ada perkara di dunia ini yang luput dari takdir Allah SWT. Rasanya sulit untuk diterima oleh akal dan hati kita. Bukankah kita terlahir di muka bumi ini atas kehendak Allah SWT dan diwafatkan juga atas kehendaknya. Artinya semua yang terjadi pada diri kita tidak luput dari peran Allah SWT.

Hanya sahaja manusia juga diberikan kehendak dan kemampuan untuk menjalankan kehidupannya.

Dalam rentang umur kita yang bervariasi jumlahnya,  kata orang ada yang sudah berkepala tiga, empat, lima, enam dan seterusnya. Sudah banyak yang terjadi dalam masa umur kita ini. Tergantung bagaimana kesabaran dan keikhlasan kita dalam menerima apa yang sudah Allah SWT tetapkan untuk kita. Ada orang yang merasakan kesulitan hidup di masa kecilnya namun di masa dewasa dan tuanya Allah SWT karuniakan kepadanya kemudahan dan kelapangan hidup. Ada pula sebaliknya, orang yang hidup mewah di masa mudanya, bahkan lupa untuk mempersiapkan bekal di masa tuanya. Sehingga mengalami kesulitan di saat tubuhnya sudah mulai renta dan melemah. Begitu cepat waktu berlalu dan berputar roda kehidupan ini, menggilas setiap alfa dan kelalaian.Tetapi manusia acapkali tidak dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah terjadi. Sementara sunnatullah terus berlaku di  setiap tempat dan zaman.

Apa yang terjadi pada masa silam, bukan tidak mungkin terjadi di masa kini. Kehancuran kaum yang dilaknat Allah SWT cukuplah menjadi pelajaran, seperti kaum ‘Ad, Tsamud, Madyan hingga bala tentara Firaun yang ditenggelamkan di laut merah dan Qarun yang dibenamkan di dalam tanah. Ada banyak peristiwa yang dikisahkan oleh al-Quran, agar menjadi pelajaran bagi umat manusia. Tidak luput pula dari perhatian al-Quran,  pertemuan-pertemuan yang tentunya tidak terjadi secara kebetulan. Bagaimana tidak, bukankah al-Quran dengan begitu apiknya telah menceritakan pertemuan Nabi Musa dan hamba yang shalih Khidir dan juga pertemuan orang-orang yang dibakar hidup-hidup di dalam parit, lantaran karena beriman kepada Allah SWT. Atau juga perjumpaan pemuda ashabul kahfi yang pergi mengasingkan diri mereka ke dalam gua, demi mempertahankan aqidah mereka, lalu kemudian Allah SWT tidurkan mereka dan menutup pendengaran mereka selama tiga abad lamanya, hampir sama dengan masa penjajahan di bumi khatulistiwa nusantara. Umur yang begitu panjang, namun terasa oleh mereka hanya satu malam. 

Begitu mudahnya Allah SWT merubah tatanan waktu di dunia ini yang hanya diberlakukan untuk beberapa individu manusia. Bagaimana dengan kehidupan di akhirat nanti, jika Allah berkehendak durasi waktu yang lama dapat Allah SWT lipat menjadi lebih singkat, ataupun sebaliknya. Durasi waktu yang singkat dapat Allah SWT panjangkan sesuai dengan kehendakNya. Hal tersebut tidak hanya dirasakan oleh beberapa individu saja, akan tetapi akan dirasakan oleh banyak manusia dari berbagai golongan umat dan bangsa. Sesuai dengan amal ibadah yang dilakukan semasa di dunia.

Sebagaimana al-Quran telah menceritakan banyak perjumpaan dan pertemuan hamba-hamba yang shalih, kita pun berharap semua pertemuan dan perjumpaan kita selalu mendapatkan rahmat dan terjaga dari segala fitnah. Perjumpaan bersama saudara dan teman kita di masa dahulu dan saat ini. Pertemuan yang tidak terduga dan bukan kebetulan. Pertemuan yang tidak jarang menyisakan kesedihan di saat tiba masa perpisahan. Pertemuan yang menggoreskan kenangan yang tidak terlupakan, pada masa-masa indah yang tidak dapat kita ulangi lagi dengan situasi dan kondisi yang sama. Masa tersebut sudah berlalu dan pergi. Masa dimana angan dan cita kita masih melambung tinggi. Namun kesalehan kita dapat mengatur ritme perjalanan hidup kita. Sehingga kita masih dapat bertegur sapa dan berdiskusi dengan status dan ideologi kita saat ini.

Yang betul-betul menjadi takdir kita, adalah yang terjadi saat ini, semoga Allah SWT masih memberikan waktu kepada kita untuk bertemu dengan orang-orang yang pernah bersama kita, bukan untuk saling berbangga dengan pencapaian masing-masing. Akan tetapi, untuk dapat saling membantu dalam hal kebaikan dan saling mengingatkan dari kelalaian dan alfa yang selalu terjadi pada diri manusia, sebagaimana diriwayatkan di dalam hadits :

عَنْ أَنَسِ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

Dari Anas ra, beliau berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Setiap manusia pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertobat.’”(HR. Ahmad, al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Bertaubat adalah jalan terbaik bagi kita untuk mengikis dan menghapus dosa-dosa. Mungkin saja merupakan buah dari perjumpaan mulia kita bersama saudara-saudara kita, sebelum nanti Allah pertemukan kita kembali di alam akhirat,  bersama baginda yang mulia Rasulullah SAW.

wallahu a’lam bishawab.