Oleh : Fauzan Sugiyono
Ilmu Zaman Klasik
Jika boleh disamakan, kuliah atau belajar pada kampus keagamaan merupakan bagian dari menuntut ilmu. Dan semua tahu, menuntut ilmu adalah jalan yang dimudahkan Allah untuk menggapai surga. Oleh karena itu, dahulu dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sukses menelurkan para generasi pilihan, mulai dari Khulafaurrasyidin, sahabat-sahabat senior seperti Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan lain-lain. Dilanjut para Tabi’in seperti Said bin Musayyib, Sulaiman bin Yasar (ahli fikih di Madinah), Sufyan bin Uyainah, Urwah bin Zubair(ahli fikih di Mekkah) bahkan diantara mereka ada yang menjadi hakim terkenal seperti Az-Zuhri, Qadhi Syuraih, Muhammad bin Sirin, termasuk ahli-ahli Qira’at yang masyhur hingga sekarang seperti: Nafi’, Abdullah bin Katsir, Ashim, Kisa’i, Hamzah bin Habib dan berlanjut ke periode Tabiut Tabi’in. Lalu terlahirlah ulama-ulama besar dari berbagai disiplin ilmu agama seperti ulama Fikih, Tafsir, Hadits, dan ilmu-ilmu syariah lain yang bermuara pada empat Imam Mazhab yang terkenal: Imam Abu Hanifah ( w.150H), Imam Malik (w.179H), Imam Asy-Syafi’i (w.204H) dan Imam Ahmad Bin Hambal (w.241H). Kesimpulannya, zaman klasik, ilmu agama untuk ilmu itu sendiri, bukan untuk mencari pekerjaan.
Alasan Memilih Kampus Islam
Beberapa alasan memilih kampus keagamaan (Islam) diantaranya: Pertama, lingkungan Islami. Apalagi zaman sekarang, keberadaan lingkungan kampus yang Islami sangat dicari. Suasana kuliah yang akrab dengan ibadah, baik shalat ataupun berinteraksi dengan Al-Quran. Kedua, agar terjaga adab dan akhlak. Seperti adab interaksi antara dosen dan mahasiswa, atau interaksi antar mahasiswa dan mahasiswi tidak bebas semaunya, seharusnya hal ini terus dapat dijaga sesuai dengan norma agama. Hal ini berbeda dengan kampus umum, dimana hal-hal Islami diatas bisa jadi ada, meskipun jarang. Ketiga, biaya kuliah relatif murah, dibanding kampus negeri dan umum. Keempat, meneruskan tradisi ilmu dari jenjang sebelumnya, misalnya tadinya mahasiswa berasal dari pesantren atau sekolah keagamaan, lalu melanjutkan ke kampus Islam, agar semakin memperdalam ilmu-ilmu keislamannya. Kelima, alasan absurd, biasanya karena tidak diterima di kampus negeri dimana-mana, ya sudah masuk kampus agama saja, yang penting kuliah dan mendapat gelar sarjana!.
Lulusan Kampus Jurusan Umum Lebih Prospek Secara Duniawi
Setuju atau tidak, ini harus diakui. Tentu tidak bermaksud menafikan takdir Allah. Meskipun jika kita berbicara takdir, tidak semua lulusan kampus umum bisa sukses. Tetapi hal yang sudah lumrah, seperti hukum Kausalita, jika anda mau jadi dokter, kuliahlah di Fakultas Kedokteran, lulus jadi dokter, penghasilan besar. Jika anak anda mau jadi Insinyur, kuliahlah di Fakultas Tehnik, jika sudah lulus, bisa kerja sesuai bidangnya. Dan seterusnya. Boleh jadi, ini yang menjadi dorongan orang tua kepada anaknya, ayo nak, kuliah di Fakultas ini, supaya kamu jadi orang kaya, gaji besar dan sukses. Ini tidak dilarang, bahkan Islam mendorong agar umatnya tidak menjadi beban bagi orang lain, bahwa mukmin yang kuat (fisik, finansial) lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.
Lulusan Kampus Jurusan Agama Mau Jadi Apa?
Mungkin ada pendapat yang mengatakan, tidak etis membicarakan pekerjaan untuk jurusan agama, karena lulusan jurusan agama diproyeksikan untuk dakwah menyebarkan islam, dakwah jangan minta gaji, ikhlas, begitu kata netizen. Bahkan tak sedikit orang tua yang melarang anaknya masuk ke pesantren atau kuliah jurusan agama, alasannya: “Kelak mau kerja apa? Nanti jadi apa? Prospek kerjanya dimana? Lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir kamu jadi apa? gajinya berapa ?” dan sederet pertanyaan nyinyir lain.
Pada hakikatnya, kuliah diniatkan sejak awal untuk mencari ilmu, bukan untuk mencari kerja, agar niat belajar dan kuliah di kampus bisa maksimal. Namun sekali lagi, tidak bermaksud menyalahkan zaman, memang atmosfer dunia sudah berubah. Tentu tidaklah berimbang, membandingkan serapan alumni kampus umum yang jadi pejabat,orang hebat, pengusaha, dengan alumni kampus keagamaan. Meskipun kadang lulusan tidak linier dengan bidang kerja. Ada alumni kampus umum yang menjadi ustaz, kyai, atau konsultan agama. Pun sebaliknya, ada lulusan kampus agama, bekerja di perusahaan multinasional yang tidak ada kaitannya dengan bidang pendidikannya, itulah takdir.
Jurusan Syariah, peluang kerjanya menjadi tenaga kependidikan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Menjadi guru atau dosen di PTKIN atau PTKIS. Mengelola Lembaga Pendidikan, membina Pesantren, mengelola Yayasan, menjadi Penyuluh agama atau konsultan syariah dan masih banyak lagi. Prospek kerja Hukum Ekonomi Syariah (HES) menjadi konsultan hukum ekonomi syariah, atau pegawai di bank syariah dan lain-lain. Atau bisa juga ikut tes CPNS, jika lulus jadilah abdi negara yang baik, jangan korupsi!.
Kelebihan lulusan jurusan agama adalah, pemahaman dan kemampuan agamanya lebih baik dibanding lulusan jurusan kampus umum non agama, sehingga kultur menjalankan ibadah, memahami konsep rumah tangga yang baik, pendidikan anak diperhatikan, mendirikan shalat, dekat dengan agama menjadi nilai tersendiri bagi lulusan jurusan agama. Disamping konsep BERKAH yang lebih menonjol. Halal haram diperhatikan dalam setiap rezeki yang diperoleh, jujur dan kredibel dalam bekerja. Berkah artinya bertambah kebaikan, bertambah manfaat setiap saat. Jangan salahkan jurusan agama, jika rezeki belum menghampiri anda, namun terus tingkatkan kapasitas diri, jalin silaturahim dan terus berihtiar, semoga lulusan agama menjadi orang yang KAYA dan BERKAH ilmu dan hartanya.
====