Oleh: Ahmad Falhan
Email: ahmadfalhan622@gmail.com
Ada banyak kebaikan yang dapat kita lakukan di dalam kehidupan di dunia ini, sebagai ladang amal kebajikan bagi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang beriman patut bersyukur kepada Allah SWT, dengan hanya mengucapkan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh kepada saudara kita seiman maka kita akan mendapatkan tiga puluh kebaikan. Begitu pula dengan orang yang menjawabnya, juga akan mendapatkan pahala yang sama. Apatah lagi, menjawab ucapan salam adalah suatu kewajiban
Rasulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Imran bin Hushain ra:
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ ثُمَّ جَلَسَ، فَقَالَ النَّبِىُّ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : «عَشْرٌ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ، فَقَالَ: « عِشْرُونَ ». ثُمَّ جَاءَ آخَرُ فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ. فَرَدَّ عَلَيْهِ فَجَلَسَ، فَقَالَ « ثَلاَثُونَ » صحيح رواه أبو داود والترمذي وغيرهما.
Dari ‘Imran bin Hushain Radhiyallahu anhu dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu ‘alaikum (semoga keselamatan dari Allah tercurah untukmu). Lalu Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) sepuluh kebaikan”. Kemudian datang orang lain kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu‘alaikum warahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat dari Allah tercurah untukmu). Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) dua puluh kebaikan”. Kemudian datang lagi orang lain kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: as-Salâmu‘alaikum warahmatullahi wabarakâtuh (semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu). Lalu Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalas salam orang tersebut, kemudian orang tersebut duduk dan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Dia mendapatkan) tiga puluh kebaikan”
Begitu pula dengan orang yang selalu senyum kepada saudaranya. Senyumnya tersebut bernilai shadaqah. Belum lagi ibadah-ibadah mahdhah yang dilakukan, sebagaimana di dalam hadits nabi disebutkan, dapat menggugurkan dosa, baik itu ibadah yang setiap hari kita kerjakan, seperti shalat lima waktu. Ataupun yang kita kerjakan setiap pekan, seperti shalat jumat, atau yang kita kerjakan setiap tahun, yaitu puasa di bulan Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra:
عن أبي هريرة رضي اللَّه عنه قال، قال رسول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata bahwa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Shalat lima waktu. Ibadah Jumat yang satu dengan ibadah jumat berikutnya. Puasa Ramadhan yang satu dengan puasa Ramadhan berikutnya. Itu semua merupakan penghapus dosa antara keduanya, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim )
Bahkan jika perkara-perkara wajib itu juga dilengkapi dengan ibadah-ibadah sunnah, tentunya akan semakin mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Ada banyak kebaikan yang dapat dilakukan oleh setiap orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Orang-orang yang beriman diperintahkan untuk mencari cara dan wasilah untuk meraih kesuksesan tersebut.
Allah SWT telah berfirman di dalam surat al-Maidah ayat 35 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Al-Allamah Wahbah az-Zuhaili memaknai al-wasilah di dalam ayat 35 surat al-Maidah ini adalah amal soleh yang diridoi oleh Allah SWT. Sedangkan Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asyqar menafsirkan bahwa, al-wasilah pada ayat di atas bermakna pendekatan dan pembenaran ketakwaan dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya.
Al-Allamah as-Sa’di menjelaskan, bahwa mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yaitu dengan mencintai di jalanNya dan karenaNya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Wujud dari kecintaan tersebut bisa berupa menjalankan kewajiban yang bersifat jasmani dan rohani, seperti zakat, haji, puasa, shalat lima waktu, zikir, bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan baik kepada makhluk, seperti mengajarkan ilmu pengetahuan, perbuatan baik dengan harta dan kedudukan ataupun memberikan nasehat kepada manusia.
Semua amal ibadah ini dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT. Ketika seorang mukmin terus berusaha mendekatkan dirinya kepada yang Maha Kuasa, maka dia mencintainya, dan apabila dia telah cinta kepadaNya, maka Dia akan menjadi pendengarannya yang dengannya Dia mendengar, penglihatannya yang dengannya Dia melihat, tangannya yang dengannya Dia bekerja dan kakinya yang dengannya dia berjalan dan Allah menjawab Do’anya.
Dari penjelasan beberapa mufassir di atas, dapat kita simpulkan bahwa alwasilah di dalam surat al-Maidah ayat 35 lebih tepat kita katakan adalah segala amal kebaikan yang dapat menuntun kita kejalan Allah dan mendekatkan diri kita kepadaNya. Namun perlu kita ketahui pula bahwa ada amal perbuatan yang pahalanya akan terus mengalir, walaupun kita sudah diwafatkan oleh Allah SWT. Sungguh sayang jika ketika hidup di dunia ini kita tidak dapat melakukannya. Para ulama menyebutnya dengan istilah amal jariah, yaitu amal perbuatan yang terus mengalir pahalanya. Seperti air di sungai dan di laut yang terus mengalir sampai jauh, tutur seorang Gesang di dalam lagunya Bengawan Solo. Ini adalah puncak kenikmatan yang diharapkan oleh orang-orang yang sudah berada di alam kubur. Mereka sangat mengharapkan doa dan juga pahala yang mengalir kepada mereka.
Berjuta-juta manusia yang telah wafat berharap besar dapat kembali ke alam dunia, kemudian mereka akan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya. Namun sayang, hal tersebut tidaklah mungkin akan terjadi. Ketika seorang hamba sudah diwafatkan oleh Allah SWT, maka putuslah amal ibadahnya kecuali tiga perkara.
Rasulullah SAW bersabda, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله تعالى عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya ibadahnya, kecuali tiga perkara. Yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakan orang tuanya. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Namun perlu pula rasanya kita mengetahui apa saja bentuk sedekah jariah tersebut. Setidaknya ada tujuh hal yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits beliau.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سبعٌ يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته : من علَّم عِلْماً ، أو أجرى نهراً ، أو حَفَر بئراً ، أو غرس نخلاً أو بنى مسجداً ، أو ورَّث مصحفاً ، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته
“Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba, meskipun ia berbaring di lubang kuburan setelah meninggal: (1) mengajarkan ilmu, (2) mengalirkan air sungai, (3) membuat sumur, (4) menanam kurma, (5) membangun masjid, (6) membagikan mushaf Al-Qur’an, atau (7) meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia meninggal. “ (HR. Al-Bazzar. Dinilai hasan oleh Al-Albani)
Wallahu a’lam bishawab