Enam Faktor Penyebab Skripsi Tak Kunjung Selesai

Oleh : Fauzan Sugiyono

Menurut KBBI, skripsi merupakan karangan ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya, baik melalui penelitian lapangan atau studi kepustakaan. Dengan kata lain, skripsi merupakan tugas akhir syarat kelulusan mahasiswa. Kebanyakan kampus, masih menerapkan kebijakan skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir, meskipun ada juga kampus yang memberikan pilihan jalur kelulusan dengan non skripsi, tentu dengan syarat dan ketentuan masing-masing universitasnya.

Skripsi termasuk penulisan ilmiah. Mahasiswa selain menuangkan ide dan gagasannya dalam tulisan, juga harus dibarengi dengan data-data primer dan sekunder, metode penelitian, referensi, termasuk kajian-kajian atau penelitian yang sudah membahas sebelumnya, baik jurnal maupun karya ilmiah. So, hal ini nampaknya membuat para mahasiswa gugup (nerveus), gagap tulisan, karena tidak terbiasa menulis, bahkan stress sehingga sulit menemukan judul atau menyelesaikan penulisan skripsinya. Berikut ini beberapa faktor penyebab skripsi yang dibebankan kepada mahasiswa tidak kunjung selesai, yaitu:

  1. Dosen Pembimbing Terlalu Idealis

Kendala pertama, muncul sejak mahasiswa menemukan ide dan gagasan untuk menulis skripsinya, lalu ia mengajukan proposal judul ke dosen pembimbingnya. Alih-alih mendapatkan respon positif, justru mahasiswa seperti kambing yang dikuliti hidup-hidup. Akhirnya hilang entah kemana, bisa jadi beberapa semester kedepan tak terdengar lagi. Habis semua ide dan gagasannya dihadapan dosen pembimbingnya. Karena dosennya sudah Professor Doktor, tentu menginginkan hasil skripsi mahasiswa yang dibimbing sesuai arahan dan isi otaknya dan sesuai zaman mereka meraih gelarnya dahulu, padahal zaman sudah berubah. Jadi dosen pembimbing tidak boleh bertindak sebagai hakim dalam tahap penulisan skripsi, yang menyalahkan total, atau merubah total. ia hanya mengarahkan, membantu, menunjukkan, memberi solusi dan selebihnya biarkan mahasiswa melanjutkan, karena ide penulisan skripsi tersebut berasal dari mahasiswa. Dosen hanya merevisi jika perlu, dan cukup mengarahkan. Seharusnya dosen merasa bangga jika banyak mahasiswa yang dibimbing, bisa lulus tepat waktu, semakin banyak mahasiswa yang lulus dan berkiprah di masyarakat, ilmu sang dosen menjadi amal jariyah. Bukan tugas dosen untuk mempersulit mahasiswa.

  1. Mahasiswa Sibuk, Dosen Super Sibuk

Kendala kedua, mahasiswa terlalu sibuk urusannya sendiri, entah organisasi atau urusan pribadi sehingga tidak sempat lagi memikirkan skripsinya. Padahal sudah semester akhir, atau bahkan sudah nyaris DO (dropout). Mahasiswa dan tugas utamanya kuliah, sehingga kegiatan maupun urusan yang kaitannya dengan di luar kuliah harus bisa diatur sendiri. Prioritaskan kuliah sampai wisuda terlebih dahulu. Karena kuliah tentu kaitannya dengan UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua dalam membiayai kuliah. Jangan sia-siakan perjuangan orang tua, sedangkan anda tidak fokus menyelesaikan skripsi. Kondisi ini diperparah dengan dosen-dosen yang super sibuk. Tentu masing-masing dosen banyak kegiatannya, tidak sedikit yang memiliki side job.  bahkan kadang bukan hanya di kampus, ada yang PNS, ada yang bisnisman, ada yang karyawan, ada pula yang bekerja di perusahaan lain. Maka, anda sebagai mahasiswa, boleh mengajukan untuk dibimbing oleh dosen-dosen yang tidak terlalu sibuk, atau dosen-dosen yang bisa membagi waktunya di kampus. Jangan sampai anda sudah capek-capek  datang ke kampus, dosennya masih ke luar negeri untuk urusan lain, lost komunikasi dengan mahasiswa.

  1. Tidak Memanfaatkan Media dan Teknologi

Komunikasi merupakan kunci, dan komunikasi yang dimaksud melibatkan tiga pihak; kampus, dosen dan mahasiswa. Ketiga pihak ini saling berkaitan erat. Jika terjadi miskomunikasi, maka akan mudah untuk ditelusuri asalnya dari mana.  Masih banyak dosen yang melakukan bimbingan dengan metode klasik dan manual. Harus bertatap muka, bertemu langsung (sowan). Bahkan harus didatangi ke rumah atau ke kantornya. Boleh-boleh saja metode ini dilakukan, dengan alasan agar arahan dan bimbingan lebih dipahami mahasiswa. Namun kelemahannya adalah akan banyak memakan waktu, biaya dan kurang efektif. Sesekali bolehlah untuk bimbingan offline, untuk mengakrabkan dan lainnya. Tetapi sekarang media sudah sedemikian terbuka. Bisa menggunakan Zoom Meeting, Google Meet, Google Drive, Email, atau LMS (Learning Management System) lain. Ini akan mempercepat perbaikan dan arahan yang dibutuhkan. Tidak harus mendatangi dan didatangi, kurang efektif, bimbingannya cuma sebentar, selebihnya ngobrol ngalor ngidul.

  1. Mahasiswa Malas Membaca 

Ketika kita banyak membaca dan mengumpulkan referensi, maka akan ada gambaran saat menulis skripsi. Semakin banyak membaca, maka semakin banyak referensi yang diketahui. Salah satu kelemahan mahasiswa adalah kurang hobi membaca. Meskipun ada mahasiswa yang hobi membaca, namun hobinya bidang yang tidak ada kaitannya dengan skripsi, andaipun mereka bisa membaca ilmiah, namun mereka tidak bisa menyimpulkan dari bahan yang mereka baca. Membaca hanya sekedar membaca, namun tidak tahu tujuannya. Nah, jika anda ingin cepat menyelesaikan skripsi, perbanyaklah membaca. Terutama karya-karya ilmiah, jurnal, buku yang linear dengan judul penelitian yang sedang dikerjakan. Tips yang paling mudah adalah, anda tulis apa yang ada di benak anda, kemudian masukkan referensi yang mendasari pemikiran anda. Tetapi yang dilakukan kebanyakan mahasiawa adalah cara lama, anda menulis satu paragraf, baru anda cari referensi, ini adalah cara lama yang menjadi penyebab skripsi mangkrak, karena mahasiswa akan kesulitan mencari referensinya dari mana. Apalagi sekarang ada teknologi Chat GPT dan Open AI yang seharusnya akan mempermudah penulisan.

  1. Mahasiswa Lemah menulis

Lemah menulis ditandai dengan malas membaca, kalaupun bisa menulis hanya copy paste dari sumber lain, tanpa merubah susunan frasenya. Padahal kalau copy paste saja sudah pasti terkena unsur plagiarisme yang dilarang keras dalam dunia ilmiah kampus. Zaman ini peluang kursus seperti kelas menulis untuk pemula dan lanjutan, memang ada yang berbayar, tetapi tidak sedikit yang gratis. Asal mahasiswa mau proaktif, mencari peluang dan sumber pelatihannya.  Hal ini penting agar mahasiswa menggunakan waktu dan kesempatan yang dimilikinya untuk hal-hal yang bermanfaat dan meng-upgrade skillnya. Sekarang sumber belajar tersedia sedemikian rupa dan borderless (tanpa batas). Terserah masing-masing kita manfaatkan untuk hal-hal positif. Dengan mengikuti kelas menulis online, akan bermanfaat mengasah kemampuan menulis, menambah relasi teman dan kolega bahkan bisa menghasilkan karya, sebagai legacy (warisan) anda dimasa mendatang. Juga jika anda rajin, bisa menulis buku karya sendiri untuk dijual menjadi nilai keuntungan bisnis sendiri, secara ekonomi. Dengan mengikuti kelas menulis, kemampuan anda akan terasah perlahan-lahan sehingga dapat mempermudah penulisan skripsi anda. 

  1. Administrasi Kampus yang Masih Amburadul

Hal ini juga menjadi kendala serius bagi mahasiswa yang sedang melakukan penulisan. Mulai dari daftar judul, dosen pembimbing, jadwal bimbingan, jika ada perubahan dosen pembimbing seperti apa, jika ada mahasiswa yang merubah judul ditengah bimbingan, bagaimana solusinya, jadwal sidang skripsi, jadwal perbaikan, sampai jadwal wisuda dan penerimaan mahasiswa baru,  dan lain sebagainya menjadi tantangan bagi tata kelola kampus. Karena bisa jadi molornya penulisan skripsi bukan pada mahasiswanya, namun pada office kampus yang kurang gercep dalam menangani kendala yang dihadapi mahasiswa. Seperti kurang jelas dalam memberikan dna menyebar informasi, lambat dalam membalas chat whatsapp dan lain-lain. Kalau mau profesional maka seluruh stakeholder kampus juga harus profesional. (fauzan’s)