Kisah Perjalanan di Hari Raya II

Oleh : Ahmad Falhan

Beberapa  hari di kampung halaman, cukup membuat jenuh, jika hanya berdiam diri di rumah. Solusi terbaiknya adalah memperbanyak silaturahmi ke rumah keluarga dan tetangga. Selain itu juga menikmati alam pedesaan dan perbukitan. Atau duduk di atas batu yang berbaris rapi di atas sungai yang sedang surut. Dahulu sewaktu saya masih kecil, airnya sangat jernih, diiringi oleh gemercik suaranya yang mengalir dan menghantam batu-batu kali. Sesekali juga terdengar kicauan burung yang terbang mencari makan. Namun sayang, pemandangan  itu perlahan-lahan mulai memudar. Air yang dahulu jernih sudah mulai berubah warna kecoklatan, ditambah lagi sampah yang acapkali dibuang ke sungai.

Aku berusaha tetap berdiri di atas batu kali yang besar, sambil berzikir mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Mengiringi lajunya air sungai yang mengalir sampai ke muaranya. Terasa indah dunia ini, jika kita selalu menebarkan kebaikan kepada alam semesta, tanpa melakukan hal-hal yang dapat merusak atau mencemarinya. Sebagaimana misi utama diutusnya Rasulullah SAW, yaitu menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta,

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Tidaklah kami mengutus engkau Muhammad, kecuali untuk menjadi rahmat bagi alam semesta (QS.al-Anbiya 106 )

Diam-diam terlintas di dalam pikiran, bahwa adanya batu-batu kali itu untuk mengokohkan air sungai, agar tetap terjaga keasrian dan kejernihannya. Karena lumpur dan tanah mengendap di bawah batu-batu tersebut. Maka wajar, jika ada himbauan dari pemerintah setempat untuk tidak mengambil atau memindahkan posisi batu-batu tersebut. Hal semacam ini membutuhkan kesadaran dan keinsyafan kolektif untuk dapat tetap menjaga kelestarian sungai dan lingkungan.

Kesadaran agama sangatlah penting untuk dimiliki setiap individu, sebagai bentuk ketakwaan kita kepada Allah SWT. Apa yang kita lakukan di dunia ini pastilah akan kita pertanggung jawabkan kelak di akhirat. Alam yang sekarang kita jaga kelestariannya akan menjadi saksi bagi kita di hadapan sang khalik. Kesadaran Rabbani inilah yang dahulu dimiliki oleh umat Islam nun jauh di tanah Eropa Andalusia, lebih dari satu milenium yang silam. Sejarah pun mencatat keindahan alamnya yang dialiri oleh sungai-sungai yang jernih. Tidak luput pula apa yang telah disaksikan oleh negeri seribu satu malam “Baghdad”, keindahan dan kemegahan kotanya, sungai Eufrat dan Tigris yang menjadi sarana transportasi dan juga sumber kehidupan masyarakat pada saat itu.

Seperti halnya batu kali yang sudah mampu menjernihkan air sungai, iman yang kuat serta niat yang ikhlas juga dapat menjernihkan amal ibadah kita, serta menjadikannya diterima di sisi Allah SWT. Tidak hanya itu, bahkan dapat memberikan manfaat kepada orang banyak. Di dalam al-Quran surat Ibrahim ayat 24 Allah SWT telah berfirman,  

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى ٱلسَّمَآءِ

Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

Namun sebaliknya, iman yang lemah serta niat yang tidak ikhlas tidak akan mengokohkan amal ibadah kita, apalagi untuk memberikan manfaat kepada umat manusia. Pastilah susah untuk diwujudkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran surat Ibrahim ayat 25:

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ ٱجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ ٱلْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ

Artinya: Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

Perumpamaan batu kali dan juga sungai yang sudah memberikan banyak manfaat bagi umat manusia, patutlah kita contoh agar hidup kita selalu membawa manfaat dan keberkahan. Yang mengalir sampai jauh di saat kita masih hidup maupun sudah diwafatkan oleh Allah SWT.  

Wallahu a’lam bishawab

Semende 30 April 2023