Akar Yang Menghujam

Oleh : Irfa Afrini

Ketika mendampingi kegiatan edutrip, kami menjelajah kawasan Geopark Goa Garunggang ada yang menarik perhatian kami ketika memasuki area Goa. Setelah berlelah lelah berjalan di menelusuri area hutan hujan, persawahan, perkebuanan ,disana ada pohon yang rimbun daunnya membuat suasana terasa jadi sejuk , batang pohon tersebut sebenarnya tidaklah terlalu besar diameternya jika dibandingkan dengan ukuran ukuran pohon pada umumnya di hutan. Tapi ada yang menarik ketika kami melihat bagian akarnya yang menghujam dari pohon tersebut karena ternyata membelah bebatuan bebatuan kars yang ada di sekitar area goa goa disana. Pastilah pohon ini bukan di usia yang tidak muda .

Seketika kami mentadaburi dari surat Ibrahim ayat 24
  أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.

Allah sering memberikan permisalan dengan sesuatu yang ada di sekiling kita. Oleh karenanya, Allah memerintahkan kita untuk memperhatikan alam semesta dan lingkungan disekitar agar kita memahami permisalan tersebut.
Makna kalimat yang baik, dari ayat ini menurut ibnu Abbas radhiyallahu anhu beliau mengatakan maksudnya adalah kalimat tauhid Laa Ilaaha Illa Allah, dengan kalimat ini kita sebagai manusia bisa memehami hakikat keberadaan kita di bumi, memahami maksud tujuan sang pencipta menciptakan makhluq makhluqnya.

Ini juga yang menjadi wasiat para nabi kepada anak-anak mereka, termasuk di dalamnya wasiat nabi  Ibrahim  dan nabi Ya’qub ‘alaihima as-salam kepada anak-anak mereka,
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (Qs. al-Baqarah: 132)

Cabangnya menjulang ke  langit
Pelajaran yang bisa kita ambil dari ayat ini bahwa seorang mukmin harus mempunyai cita-cita yang tinggi. Apa cita-cita yang tertinggi bagi seorang mukmin?  Yaitu  menggapai kebahagiaan akhirat. Seorang mukmin akan memandang dunia ini rendah, sedangkan akhirat adalah tinggi. Sehingga, dia merasa mulia dengan Islam ini, dia akan mempunyai semangat yang tinggi setiap saat. Tidak mudah mengeluh tidak mudah stress tidak mudah berputus asa karena menyerahkan (tawakal) setiap Langkahnya dalam beramal kepada zat yang maha kuasa maha mengatur ia yakin bahwa semuanya di bawah pengawasan dan  lindungan Allah.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.”(Qs. Yunus: 62-63)

Maka ketika tidak ada lagi kesedihan, kegelisahan, kekecewaan dengan begitu akan muncullah ketenangan, syukur yang akan mendorong seorang mu’min untuk menebar manfaat , berbagi kebahagiaan kepada sesama hamba Allah.