Oleh : Ahmad Falhan
I
Semua nafsu dan angkara pelan-pelan sirna akhirnya
Tenggelam dalam samudra keinsafan manusia
Merelakan semua pasrahnya
Dalam kesendirian yang tak lagi bermakna
Setelah menggerakkan semua nafsu dirinya
Apalagi yang didapat kecuali kehancuran dalam kembalinya
Semua sirna bagaikan debu yang berterbangan dalam teriknya sabana
Tak ada daya dan kuasa
Kecuali hanya berharap tetesan embun surga
Sebelum hilang dan tiada
Tinggal amal dan dosa yang tak luput dari pelupuk mata
Menghancurkan keangkuhan yang tak lagi tersisa
II
Letih dan dahaga melebur dalam penyesalan
Melukis debu-debu sahara
Yang terbang hinggap di atas fatamorgana
Mengintip semua dosa dan pahala
Kenapa kini baru terasa
Wahai di ujung senja
Nasihat pantas
Bagi manusia, andai tak kan terlupa
III
Berjalan mengukir cinta
di setiap selaksa
Bukit-bukit hijau mempesona
tempat orang berlindap raga
entah bagaimana, sekarang terik matahari begitu terasa
mengendap dalam pori-pori para pengembara
yang mencoba mencari sukmanya
di atas ketinggian yang tak lagi indah rupanya
semua suara kini telah hilang dibawa angin
terbang bersama burung-burung yang hendak mengisi dahaganya
andai ku dengar kembali
namun sudah terhempas kini dari musim-musim
yang tak mungkin kembali
menjadi cerita dari kegelapan yang mungkin tersisa
Jakarta 24 Juni 2023
Kembara Sang Nabi
Kemana lagi kita mencari kembara Ibrahim
Yang telah menyempurkan pasrahnya
Menyemblih semua keangkuhan dan dosanya
Sementara kalam yang suci telah mengurai sumpahnya
Menegaskan tauladan yang selalu tersemat cintanya
Kepada bapak monoteisme yang telah membimbing manusia kepada doa doa yang jauh melesat ke mi’raj Sidratul Muntaha
Kenapa kita hanya menitipkan sukma dan jiwa raga
Hanya di balik angan angan surga
Menganyam jalan menuju siksa
Mestinya kita ada pada barisan sufi dan para nabi
Agar ikhlas dan bakti menjadi saksi akhirat yang penuh pasti
Jakarta, 30 Juni 2023