Oleh : Syarifuddin LC., MA
Salah satu akhlak asasi (utama) nabi Muhammad saw adalah Al-amin yaitu dapat dipercaya.
Meneladani akhlak al-Amin Nabi Muhammad saw. berarti kita harus mengikuti dan mencontoh sikap-sikap kejujuran, integritas, dan keteladanan yang beliau tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejatinya akhlak al-amin dimiliki para Nabi dan rasul sebagai bekal utama dalam menyampaikan risalah, seperti yang disebutkan dalam surat as syura yaitu Allah berfirman
إِنِّی لَكُمۡ رَسُولٌ أَمِینࣱ
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang amin
Ayat di atas disebutkan sebanyak 5 kali sebagai perwakilan dari akhlak para utusan Allah yaitu alamin
Makna Al-Amin
Al-Amin artinya dapat dipercaya. Nabi Muhammad SAW menyandang gelar Al-Amin dikarenakan keteladanan Rasulullah, sikap amanah, dapat dipercaya dan juga jujur. Gelar ini diberikan oleh para penduduk Mekkah secara langsung kepada Rasulullah.
Menurut riwayat, Nabi Muhammad mendapat gelar al-amin pada usia 35 tahun. Masyarakat Mekkah memberi gelar al-amin kepada Nabi Muhammad SAW setelah peristiwa banjir bandang yang merusak Kabah.
Kabah kemudian diperbaiki oleh kaum Quraisy. Namun, di tengah proses perbaikan, terjadi perselisihan terkait siapa yang layak meletakkan Hajar Aswad. Hajar Aswad adalah sebuah batu berwarna kehitaman yang sangat dimuliakan karena diyakini berasal dari surga.
Perdebatan baru mendapat titik terang setelah salah seorang tetua saat yaitu Abu Umayyah bin Mughirah, mengusulkan orang pertama yang melangkahkan kaki ke lokasi renovasi Ka’bah berhak meletakkan kembali batu Hajar Aswad. Ternyata, orang pertama yang melewati pintu tersebut adalah Nabi Muhammad. Setelah Nabi Muhammad melewati pintu, kaum Quraisy mengaku ikhlas jika Nabi Muhammad yang meletakkan batu Hajar Aswad. Nabi Muhammad pun tidak egois, ia membentangkan sorbannya dan menaruh Hajar Aswad di atasnya. Nabi Muhammad mengajak beberapa tokoh lain untuk turut serta meletakkan Hajar Aswad bersama-sama. Sejak itu, Nabi Muhammad diberi gelar al-amin, yang artinya dapat dipercaya.
Hakikatnya, kejujuran Nabi Muhammad telah dikenal luas di Mekkah jauh sebelum peristiwa peletakkan Hajar Aswad. Nabi Muhammad tumbuh sebagai seorang pedagang yang jujur dan tidak pernah menipu baik pembeli maupun majikannya. Sifat Nabi Muhammad yang jujur dan dapat dipercaya ketika berdagang itulah yang membuat Siti Khadijah terkesan.
Beberapa contoh akhlak al-Amin yang dapat kita teladani antara lain:
1. Kejujuran: Nabi Muhammad selalu jujur dalam segala ucapan dan perbuatannya. Beliau tidak pernah berbohong atau menyembunyikan sesuatu yang penting. Kita juga harus berusaha untuk selalu jujur dalam segala hal, baik itu dalam berbicara maupun dalam tindakan.
2. Integritas: Nabi Muhammad memiliki integritas yang tinggi, artinya beliau selalu konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan. Kita juga harus memiliki integritas yang tinggi, yaitu berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang benar dan tidak mudah tergoyahkan oleh godaan atau tekanan dari luar.
3. Keteladanan: Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat dihormati dan dipercaya oleh masyarakat sekitarnya karena beliau selalu menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan. Kita juga harus berusaha untuk menjadi teladan yang baik bagi orang lain, baik itu dalam agama, pekerjaan, keluarga, maupun masyarakat.
4. Kebenaran dan keadilan: Nabi Muhammad selalu memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan dalam segala tindakannya. Beliau tidak pernah memihak pada satu pihak atau melakukan ketidakadilan kepada siapapun. Kita juga harus berusaha untuk selalu berpegang pada kebenaran dan keadilan dalam segala hal yang kita lakukan.
Dengan meneladani akhlak al-Amin Nabi Muhammad saw., kita dapat menjadi pribadi yang dapat dipercaya dan diandalkan oleh orang lain, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.
Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi wasohbihi ajmain