Oleh : Irfa Afrini
Manusia, dihadirkan di kerajaan Allah sebagai hambaNya, dengan tugas umum untuk menjadi wakil Allah di bumi Allah dan tugas spesifiknya, yang menjadi alasan atau makna kehadirannya di kerajaan Allah.
Lalu apabila seseorang hadir di muka bumi, mengaku hamba Allah, menyadari tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi, namun tidak memiliki tugas spesifik di muka bumi, maka sesungguhnya ia belum melakukan apapun.
Tugas spesifik itulah misi hidupnya, alasan kehadirannya di dunia, makna hidupnya, sekaligus peta jalannya menuju Allah SWT.
Salah satu hambatan mengenal tugas spesifiknya adalah insecure , perasaan tidak percaya diri, malu, takut, gelisah dan tidak aman yang disebabkan oleh rendahnya penilaian terhadap diri sendiri.
Hampir setiap orang pernah mengalami insecure, khususnya ketika berhadapan dengan orang yang “lebih” dari diri mereka. Hal ini sebenarnya normal dan wajar. Hanya saja, jika dibiarkan berangsur-angsur malah bisa menghambat seseorang untuk berkembang.
Insecure bisa timbul akibat cara pandang yang salah, pengalaman buruk, hingga memiliki kepribadian melankolis atau sifat perfeksionis.
Insecure juga bisa muncul akibat seseorang pernah mengalami penolakan atau kegagalan ataupun pernah dinilai kurang atau tidak baik oleh orang lain saat bersosialisasi.
Dalam Alquran begitu banyak kisah kisah yang dapat dijadikan pelajaran dan solusi, obat untuk berbagai persoalan. Seperti kisah nabi Sulaiman alaihi salam dengan ratu Balqis..
قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, pun berkata:
Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya) dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.
Syukur dengan berbagai apa Allah yang diberikan kepada diri kita bagaimanapun kondisinya sehingga dapat membangun self confidence. Mengembangkan fitrah fitrah dalam dirinya, melihat dirinya berharga tanpa merendahkan orang lain.
Dengan begitu kita tidak menyia nyiakan kemampuan yang ada dan bisa melewati proses membangun ego, sehingga bisa secara terus menerus menjalankan tugas spesifiknya dengan to be something dan Allah ta’ala menjadi ridha.
Wa Allahu ‘alam