Oleh: Irfa Afrini
Berkumpul dengan keluarga sesuatu yang dirindu dan diinginkan kebanyakan orang , memang begitulah fitrahnya sejauh apapun jaraknya, sebanyak apapun perbedaannya tak ada istilah bekas keluarga.
Momen mudik lebaran di negeri kita pun menjadi budaya sesuatu yang dinanti
dari penatnya rutinitas harian ,lelahnya menjalani kehidupan sehari-hari .
Jika momen seperti ini saja di dunia begitu dirindukan tak mau berakhir , apalagi diakhirat di kehidupan yang benar benar kekal..
Maka ada kabar gembira bagi kita sebagai hamba Allah yang memang hanya sementara dan sudah berlelah lelah di dunia..
Sebuah keluarga jika selalu mentauhidkan Allah, dikabarkan akan dikumpulkan di akhirat nanti , istri dengan suami dan anak cucunya,
والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء
” Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebaikan) mereka.” (QS. Ath Thur: 21).
Kemudian Allah jelaskan pula alasan sebuah keluarga dikumpulkan kembali di akhirat
Surat Ath thur : 26
قَالُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِىٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ
Artinya: Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)”.
Para penghuni surga datang, sebagian bertanya kepada sebagian yang lain tentang kenikmatan besar yang mereka dapatkan dan sebabnya. Mereka berkata, kami di dunia saat berada berada di tengah keluarga kami adalah orang-orang yang takut kepada Tuhan kami, takut kepada azabNya di Hari Kiamat . Lalu Allah memberi kami nikmat hidayah dan taufik, Allah menjaga kami dari azab Neraka Jahanam, yakni api dan panasnya.
Sesungguhnya kami sebelum ini beribadah dengan rendah hati kepada Allah semata tidak menyekutukanNya dengan apa pun, maka Allah menjaga kami dari azab neraka dan menyampaikan kami ke surga yang penuh kenikmatan ini. Allah menjawab doa kami dan memberi kami apa yang kami minta. Sesungguhnya Allah Maha Baik lagi Maha Penyayang diantara kebaikan Allah dan dan rahmatNya kepada kami adalah Dia memberikan ridha dan surgaNya, serta menjaga kami dari murkaNya dan neraka.” (tafsir muyassar)
Allah menceritakan diantara doa malaikat pemikul ‘Arsy,
ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم ومَن صلح مِن آبائهم وأزواجهم وذرياتهم إنك أنت العزيز الحكيم
“Ya Rabb kami masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah Ta’ala akan mengumpulkan mereka berserta anak keturunannya agar menyejukkan pandangan mereka karena berkumpul pada satu kedudukan yang berdekatan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya,
“Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedikitpun pahala amal (kebajikan) mereka.”
Artinya, akan Kami samakan mereka pada satu kedudukan agar mereka (orang yg berkedudukan lebih tinggi) merasa tenang. Bukan dengan mengurangi kedudukan mereka yang lebih tinggi, sehingga bisa setara dengan mereka yang rendah kedudukannya, namun dengan kami angkat derajat orang yang amalnya kurang, sehingga kami samakan dia dengan derajat orang yang banyak amalnya. Sebagai bentuk karunia dan kenikmatan yang kami berikan.
Said bin Jubair mengatakan, “Tatkala seorang mukmin masuk surga maka ia akan menanyakan tentang bapaknya, anak-anaknya dan saudara-saudaranya dimanakah mereka? Maka dikatakan kepadanya bahwa mereka semua tidak sampai pada derajatmu di surga. Maka orang mukmin tersebut menjawab ‘Sesungguhnya pahala amal kebaikanku ini untukku dan untuk mereka.’ Maka mereka (keluarganya) dipertemukan pada satu kedudukan dengannya.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Lalu bagaimana dengan keluarga yang Allah takdirkan tidak satu keyakinan dalam mentauhidkan Allah ..
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu).
(QS. Fatir :18)
Maka pesan terbaik apa yang selalu kita wasiatkan kepada keluarga kita?
Seperti kisah nabi Yaqub, sebelum kematiannya nabi Yaqub berwasiat kepada anaknya tentang Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya,
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah ayat 133)
Maksudnya adalah Allah Yang Maha Esa.
Sepatutnya pula kita senantiasa mendoakan keluarga kita sebagaimana nabi Ibrahim alaihi salam dalam surah Ibrahim ayat 40-41.
رَبِّ اجۡعَلۡنِىۡ مُقِيۡمَ الصَّلٰوةِ وَمِنۡ ذُرِّيَّتِىۡ ۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta orang-orang mukmin pada hari perhitungan amal di akhirat.”
Berdoa agar mampu menjadi rolemodel bagi anak anak, dalam doa ada makna…
Ya Tuhanku, bimbinglah aku untuk mengerjakan salat dengan cara yang benar, juga anak keturunanku agar selalu mengerjakan shalat, tidak pernah lalai mengerjakannya sedikit pun, sempurna rukun-rukun dan syarat-syaratnya, dan sempurna pula mengerjakan sunah-sunahnya dengan penuh ketundukan dan kekhusyukan.
Ibrahim alaihi salam, berdoa agar keturunannya selalu mengerjakan shalat, karena shalat itu adalah pembeda antara mukmin dan kafir dan merupakan pokok ibadah yang diperintahkan Allah. Orang yang selalu mengerjakan shalat, akan mudah baginya mengerjakan ibadah-ibadah lain dan amal-amal saleh. Salat dapat menyucikan jiwa dan raga karena shalat dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar..
Kemudian di ayat selanjutnya ayat 41,
Sebagian ulama tafsir membacanya waliwalidina dalam bentuk tunggal, bukan waliwalidayya. Karena menurut suatu pendapat dikatakan bahwa ibu Nabi Ibrahim sudah muslim.
Wa Allahu ‘alam bı showab.