Filsafat Kepedulian

Oleh : Ahmad Falhan

Dalam minggu-minggu terakhir ini masyarakat cukup digemparkan dan disibukan dengan keputusan pemerintah yang menaikan harga BBM bersubsidi. Banyak masyarakat dari kalangan mahasiswa, buruh, pelajar turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi, menyuarakan  aspirasi rakyat. Sebuah tindakan yang tentunya tidak bertentangan dengan undang-undang. Asalkan tidak melakukan aksi-aksi yang anarkis. Kenaikan BBM bukan hanya melemahkan daya beli masyarakat terhadap bahan bakar kendaraan, akan tetapi juga akan berdampak kepada kenaikan bahan- bahan pokok masyarakat.

Penulis tidak akan panjang lebar berbicara masalah kenaikan BBM, akan tetapi akan berbicara tentang kepedulian kita terhadap kesulitan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, diantaranya adalah dicabutnya subsidi BBM melalui keputusan pemerintah dan disahkan oleh DPR RI. Dalam kondisi yang sulit ini mestinya kita memiliki kepedulian yang kuat untuk menyuarakan hak-hak rakyat, Rasulullah SAW bersabda,

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wasallam bersabda: Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya itu menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan baginya jalan ke surga. Tidaklah sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah (maksudnya masjid, pen) dalam rangka membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi para malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk yang ada di sisiNya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan dipercepat oleh nasabnya. (HR. Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225, Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir No. 696, Al Baghawi No. 130, Ibnu Hibban No. 84)

Tidak layak rasanya kalau kita hanya berdiam diri, tanpa peduli dengan lingkungan di sekitar kita. Masih ingatkah kita dengan istilah berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Istilah ini sangat melekat dengan bangsa Indonesia yang sejak dahulu selalu hidup bekerjasama. Tapi tidak dengan orang-orang yang tidak memiliki kepekaan sosial, mereka cukup hidup di zona nyamannya, bisa makan enak dan punya uang banyak, dapat  bersenang-senang dengan keluarga. Kalau demikian adanya maka tidak ada bedanya kita dengan hewan ternak seperti kambing yang hanya memikirkan makan, minum, berkahwin lalu  beranak pinak, ataupun mengikuti perintah penggembala dan tuannya.

Dalam rentang sejarah Islam yang panjang selalu terwujud kerjasama dan persaudaraan, misalnya pada saat umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah, Rasulullah SAW berpesan kepada kaum  Anshar, 

عن عبد الله بن سلام قال لما قدم رسول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المدينة انْجَفَلَ النَّاسُ إليه، فجِئْتُ في النَّاسِ لأَنْظرَ فيه، فلمَّا استبنه وجْه رسول الله صلى الله عليه وسلم عرَفتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ، فكان أوَّلُ ما تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلامٍ

Dari ‘Abdullah bin Salam, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya di tengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, ‘Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturahmi, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.’” (HR. at-Tirmidzi)

Di dalam hadits ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum muhajirin dan kaum anshar untuk mempererat tali persaudaraan mereka. Kaum anshar dalam hal ini sebagai tuan rumah, maka tentunya mereka berkewajiaban untuk menyambut dan memuliakan tamu mereka dengan sebaik-baiknya. Sejarah telah menyebutkan bahwa mereka telah memberikan yang terbaik bagi kaum muhajirin, saudara-saudara mereka seiman dan seaqidah, yang telah meninggalkan harta benda mereka di Mekkah, demi memenuhi panggilan Allah dan RasulNya untuk berhijrah ke kota yatsrib.

Kesalehan-kesalehan yang telah diwariskan oleh Rasulullah dan para sahabat harusnya kita teladani dengan baik. Meneladani mereka untuk selalu memiliki rasa kepedulian yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga tujuan hidup kita yang sebenarnya, yaitu menjadi khalifatullah di atas muka  bumi ini betul- betul terwujud. Tugas manusia tidak hanya mengurusi dirinya sendiri, tapi harus berpikir besar dan berbuat besar, memberikan manfaat yang banyak kepada umat  manusia. Kalaupun kita belum bisa berbuat banyak kebaikan maka jangan sampai kita melakukan kerusakan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-A’raf ayat 56, 

وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Fenomena kenaikan BBM merupakan permasalahan yang cukup menyusahkan rakyat. Hendaknya kita tetap hadir bersama mereka untuk mencari keadilan dan kebenaran. Tetap bersama rakyat dan untuk rakyat. Sebagaimana Nabi Yusuf AS selalu berdiri di garda terdepan dalam mengentaskan kesulitan pangan pada masa itu. Bahkan Beliau memberikan solusi jitu untuk menyimpan biji gandum yang tetap pada tangkainya. Sehingga selama tujuh tahun, negara mempunyai persedian gandum yang masih baik untuk dikonsumsi.

Sikap simpati dan empati harus diasah dan dirawat agar tetap tajam, mungkin karena hal tersebutlah kaum anshar selalu mementingkan hajat orang lain ketimbang hajat mereka, sehingga Rasulullah memuji mereka, sebagaimana dikutip oleh al-Mubarrid dalam kitab al-Kamil dari kitab Gharibul Hadits yang ditulis oleh al-Khathabi  

إنَّكم لتَكْثُرون عند الفَزَع وتَقِلُّون عند الطَّمَع

Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang peduli di saat kesusahan, dan sangat zuhud untuk mengambil hak dalam kelapangan dan kesenangan